Ketua Yayasan UTA 45 Rudyono Darsono (Dok. UTA 45) |
Sebagai orang yang mempelajari politik luar negeri Amerika, ada rasa khawatir dalam diri saya. Sebagai sebuah negara besar berpenduduk mayoritas muslim akan sangat rentan dengan politik agitasi dari negara adikuasa lainnya yang saat ini sangat memusuhi masyarakat Muslim yang dianggap sebagai sebagai sumber kekerasan.
Dan ini, akan sangat mungkin juga dilakukan politik belah bambu terhadap negara Indonesia dengan memasukkan unsur-unsur Timur Tengah ke dalam setiap kegiatan atau aksi demo. Dengan memasukkan unsur kekerasan di dalamnya. Indonesia, sebuah negara besar, tanpa aliansi yang kokoh dengan negara manapun, akan sangat mudah diprovokasi dengan isu agama dan keyakinan, yang memang menjadi titik lemah dari sifat manusia yang selalu merasa hebat dan kuat, apabila punya kekuatan yang lebih dari yang lain.
Oleh karena itupula para pendiri bangsa ini mendeklarasikan Pancasila sebagai jalan keluarnya yaitu untuk menyelaraskan atau menyamakan persepsi para penyelenggara negara. Untuk satu tujuan, masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera. Saya sebagai pimpinan sebuah perguruan tinggi nasionalis di Indonesia bersama dengan keluarga besar kampus, mengajak para penyelenggara negara dan masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam mengkampanyekan penegakan Pancasila.
Karena Pancasila adalah satu-satunya alat perekat bangsa Indonesia yang sudah dipersiapkan oleh para pendiri bangsa kita, namun saat ini sangat diabaikan. Masing-masing selalu berbicara dengan kekuatan dan kesombongannya sendiri. Inilah yang membuat bangsa kita tidak pernah tenteram dan damai. Perekat bangsa itu bukan TNI apalagi Polisi. Mereka adalah alat negara sebagai petugas pertahanan dan peamanan yang menjaga ketertiban umum. Menjaga perilaku dan tingkah laku masyarakat secara umum dan menjaga negara dari intervensi bersenjata pihak asing.
Indonesia sebagai negara besar dengan demokrasi yang masih sangat lemah, ditambah dengan keberagaman yang sangat tinggi, maka seharusnya dapat berpikir bijak tentang masalah keamanan yang baik. Dengan semangat Bhineka Tungggal Ika, TNI juga seharusnya dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk kemaslahatan bangsa, yaitu sebagai penyeimbang keberadaan kepolisian dalam menjalankan tugas keamanan.
Dengan satu ilustrasi positif, bahwa keberadaan satu kekuatan apalagi bersenjata, yang berkuasa secara absolut, dapat dipastikan kecurangan dan kejahatan akan timbul dari dalam kekuatan itu sendiri baik disadari ataupun tidak, baik diingini maupun tidak. Tapi kekuasaan absolut cenderung korup. Maka dapat diharapkan dengan adanya TNI sebagai pendamping, negara dan bangsa akan mempunyai keseimbangan yang lebih baik dalam masalah keamanan dalam negeri atau keamanan dan kenyamanan bangsa Indonesia, sehinggga Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dapat lebih diharapkan akan berfungsi lagi dengan baik.
Kalau Pancasila diamalkan,rakyat diperlakukan dengan adil dan beradap sehingga bisa hidup sejahtera. Saya yakin, 80% persoalan bangsa tentang masalah negara tidak lagi menjadi isu yang dapat menggerakkan atau mengadudomba masyarakat umum. Kalau penegakan hukum dapat dibersihkan, 80% masalah korupsi selesai. Dampaknya pasti sangat luas dan besar untuk kesejahteraan rakyat. Karena pembangunan dan dana kesejahteraan akan melimpah. Rasa keadilan yang selama ini dipendam hingga disebagian masyarakat sudah berwujud Dendam kepada penegak hukum, otomatis akan terselesaikan.
Sebenarnya masih banyak lagi cara yang dapat digunakan untuk kembali membangkitkan nasionalisme yang hampir padam, karena gencarnya diajarkan dan jejalinya otak bangsa Indonesia dengan paham kapitalis dan libelaris. Kalau kita mau jujur, bangsa kita belum siap untuk itu.
Misalnya dengan mengintensifkan dan menghidupkan kembali kegiatan bela negara secara masif untuk generasi muda Indonesia. Namun, sepertinya kita dikelilingi para penguasa yang malu-malu kucing dan kadang-kadang malui-maluin dimana Pancasila hanya dijadikan tameng politik.
Berbeda dengan negara Tiongkok yang dengan tegas melakukan perbaikan sistem politiknya dengan melakukan politik tirai bambu dan Jepang dengan Restorasi Meiji. Sistem politik Indonesia tidak dibangun untuk mencintai produk dalam negeri dan terutama Koperasi sebagai soko guru akan tetapi lebih pada character building tanpa embel-embel, nasionalnya. Maka, lengkaplah sudah era Kapitalis dan Liberalis menguasai hajat hidup bangsa Indonesia.
UTA45 Jakarta (Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta) telah menjadikan Pancasila sebagai Way of Life dalam kehidupan kampus untuk tetap menjaga Pancasila sebagai lentera bangsa, tidak boleh padam dan tetap menyala menerangi kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
Penulis : Rudyono Darsono
Sumber : Netralnews.com
0 komentar:
Posting Komentar